Sejarah Peradaban Sumeria (Peradaban Bangsa Sumeria)|Sejak tahun 5000 SM, bangsa Sumeria memaksimalkan pada bidang pertanian dengan memanfaatkan lahan-lahan untuk pertanian kepingan selatan Mesopotamia. Dengan berbagi dibidang kebudayaan yang dikenal dengan sebutan Ubaid. Dari waktu kewaktu Bangsa sumeria sanggup mengetahui cara meningkatkan hasil-hasil bangsa sumeria dibidang pertanian dengan cara menyerupai : membangun saluran-saluran irigasi yang bertujuan mengairi lahan pertanian serta menanggulangi banjir yang terjadi setiap animo atau dikatakan musiman Kehidupan Bangsa sumeria semakin meningkat dengan melimpahnya hasil-hasil pertanian yang mengakibatkan populasi bangsa sumeria meningkat. Dalam Keadaan bangsa sumeria, mendorong bangsa sumeria dengan berdirinya berbagai kota. Kota-kota yang populer antara lain Eridu, Ur, dan Uruk. Munculnya kota-kota menandai babak gres dalam peradaban Sumeria. Rakyat bangsa Sumeria semakin luas , tidak hanya dibidang pertanian. melainkan terdapat banyak sekali profesi dan status, menyerupai bidang perdagang, bidang buru/tukang, dan pendeta.
Pada awalnya masing-masing kota Sumeria berdiri sendiri menjadi menyerupai sebuah Negara dan kota. Ditiap-tiap kota dipimpin atau diperintah dengan suatu dewan yang kehendak orang tua. Khususnya di dibidang perang, pimpinan atau pengambil perintah berpindah ke panglima yang, dalam pergantian tersebut disebut sebagai lugal. ia menjadi pemimpin hingga perang berakhir. Persaingan dan perebutan di antara kota-kota mengakibatkan peperangan sering terjadi. Keadaan mulai bermetamorfosis jelek akhir timbulnya serangan yang berasal suku nomad. Perang yang tak henti-henti mengakibatkan posisi para lugal semakin permanen. Para lugal memerintah dalam janga waktu yang usang atau seumur hidupnya. Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan disetiap kota berganti menjadi sebuah kerajaan. Pada tahun 2900 SM, Posisi/kedudukan lugal bermetamorfosis raja.
Setelah sempat dikuasai oleh Akkadia lalu Gutia, peradaban Sumeria berdiri kembali dibawah pemerintahan UrNammu.Di bawah pemerintahannya, kota-kota Sumeria disatukan, tetapi,hal tersebut tidak dalam kejayaannya tidak bertahan usang atau hanya bertahan 100 tahun. Bangsa Elam menyerang dan menguasai kota-kota Sumeria. Meskipun demikian, bangsa yang menguasai daerah itu tetap melanjutkan peradaban Sumeria.
Sistem kepercayaan Sumeria merupakan sistem yang menganut polytheisme. Sistem kepercayaan bangsa sumeria polytheisme yang artinya menyembah para dewa-dewi, dan dalam bangsa sumeria mempunyai ratusan yang kuasa dan dewi dalam hal itu artinya bangsa sumeria menyembah ratusan dewa-dewi . Bagi bangsa sumeria para dewa-dewi dipuja dan disembah karna dalam hal itu sangat penting yang diyakini sanggup menciptakan tetap makmur. Jika bangsa sumeria tidak melaksanakan hal tersebut maka dewa-dewi murka dan menawarkan eksekusi dalam wujud bangji atau perang. , dewa-dewi akan murka dan menjatuhkan eksekusi dalam wujud banjir dan perang.
Masing-masing kota mempunyai yang kuasa pelindung. Dewa itu akan memelihara keberlangsungan kota. Dewa-dewi lainnya dikaitkan dengan segi-segi kehidupan sehari-hari.
Dewa-dewi Sumeria :
• Enlil, yang kuasa udara sekaligus yang kuasa tertinggi.
• Ninhursag, istri Enlil sekaligus dewi tertinggi.
• Enki, yang kuasa air dan pelindung ilmu pengetahuan serta sihir.
• Nanna (kemudian disebut Sin), putera Enlil sekaligus yang kuasa bulan.
• Utu (kemudian disebut Shamash), putera Nanna sekaligus dewa
• matahari.
• Innana (kemudian disebut Ishtar), dewi cinta sekaligus perang.
C. Sistem Tulisan
Salah satu jasa bangsa Sumena bagi sejarah dunia ialah inovasi sistem tulisan. Sejak tahun 4000 SM bangsa Sumeria telah berbagi sistem tulisan. Sistem goresan pena itu muncul seiring dengan pertumbuhan kota-kota yang cepat. Pertumbuhan kota melahirkan kebutuhan akan catatan-catatan, menyerupai kronik insiden penting dan jumlah panenan serta ternak yang harus diserahkan ke kuil pemujaan untuk persembahan.
Sistem goresan pena Sumeria berupa goresan pena gambar (pictogram). Orang Sumeria menulis pada tablet, yakni lempengan tanah liat. Sebagai alat tulis, digunakan semacam paku. Itulah sebabnya, sistem goresan pena Sumeria dikenal sebagai aksara paku. Dalam perkembangannya, sistem goresan pena Sumeria mengalami modifikasi ke dalam bentuk lambang-lambang. Sistem goresan pena ini selanjutnya digunakan oleh bangsa-bangsa yang menguasai kawasan Mesopotamia.
D. Bangunan Kuil
Tata kota bangsa Sumeria tidak sanggup dilepaskan dan bangunan kuil. Orang Sumeria percaya bahwa kota bukan milik mereka, melainkan para dewa-dewi. Oleh lantaran itu, harus ada bangunan kuil di sentra kota. Besar dan kecilnya kuil tergantung dari kemakmuran kota yang
Bangsa Sumeria mempunyai cara tersendiri dalam membangun kuil. Secara sedikit demi sedikit mereka memperbarui kuil sesuai dengan tingkat kemakmuran kota. Saat memperbarui, mereka membangun kuil gres di atas kuil yang lama. Begitu seterusnya sehingga kuil semakin tinggidan berundak-undak disebut Ziggurat. Model bangunan kuil menyerupai itu terus dilanjutkan oleh bangsa-bangsa lain yang menduduki kawasan Mesopotamia.
Bangsa Sumeria mempunyai cara tersendiri dalam membangun kuil. Secara sedikit demi sedikit mereka memperbarui kuil sesuai dengan tingkat kemakmuran kota. Saat memperbarui, mereka membangun kuil gres di atas kuil yang lama. Begitu seterusnya sehingga kuil semakin tinggidan berundak-undak disebut Ziggurat. Model bangunan kuil menyerupai itu terus dilanjutkan oleh bangsa-bangsa lain yang menduduki kawasan Mesopotamia.
Sekian, Sejarah Peradaban Bangsa Sumeria, Semoga Bermanfaat. (Sumber : Ips sejarah, Penerbit : Erlangga, Penulis : Matroji)