-->

Hubungan Penyakit Sosial Dengan Penyimpangan Sosial Dalam Keluarga Dan Masyarakat

Pada Artikel kali ini akan di bahas Hubungan Penyakit Sosial dengan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Masyarakat, Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang, faktor dari dalam, faktor dari luar.

Seperti halnya badan yang terjangkit penyakit, demikian halnya dengan terjangkitnya penyakit sosial di tengah kehidupan masyarakat berlangsung sangat tergantung dari sikap pertahanan masing-masing individu sebagai anggota masyarakat.

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang secara garis besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intrinsik) dan faktor dari luar (ekstrinsik).

a. Faktor dari dalam (intrinsik)

1) Intelegensi

Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan intelegensi ini kuat dalam daya serap terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di masyarakat.

 Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan mengalami aneka macam kesulitan dalam mencar ilmu di sekolah maupun beradaptasi di masyarakat.

Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, ibarat malas belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis.

Contohnya, ada kecenderungan dalam kehidupan sehari, belum dewasa yang mempunyai nilai buruk akan merasa dirinya bodoh. Ia akan merasa minder dan putus asa. Dalam keputusasaannya tersebut, tidak jarang anak yang mengambil penyelesaian yang menyimpang. Ia akan melaksanakan segala cara biar nilainya baik, ibarat menyontek.

2) Jenis kelamin

Perilaku menyimpang sanggup juga diakibatkan lantaran perbedaan jenis kelamin. Anak pria biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak perempuan. Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan, jikalau terdapat satu anak pria biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.

3) Umur

Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laris seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin sempurna segala tindakannya.

Namun demikian, kadang kita jumpai penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya ibarat anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.

4) Kedudukan dalam keluarga

Dalam keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak tertua merasa dirinya paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga.

Anak bungsu mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh kakak-kakaknya maupun orang tuanya. Jadi, susunan atau urutan kelahiran kadang akan mengakibatkan pola tingkah laris dan peranan dari fungsinya dalam keluarga.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik)

1) Peran keluarga

Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial semenjak dini.

Orang renta yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.

Sering kali orang renta hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, lantaran kebutuhan bukan hanya bahan saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diharapkan anak dari orang renta ibarat perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi sahabat sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.

Kesulitan para orang renta untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang kesannya tumbuh dan berkembang sampai meresahkan masyarakat.

Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis. Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya.

Oleh alasannya yakni itulah, ia akan mencari bentukbentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jikalau masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.

2) Peran masyarakat

Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan keluarga kesannya berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih luas.

Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini merupakan awal dari sebuah peristiwa alam masa depan seseorang, jikalau di luar rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.

Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai subkebudayaan menyimpang.

Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya hidup mengandalkan dari perjuangan prostitusi, maka belum dewasa di dalamnya akan menganggap prostitusi sebagai serpihan dari profesi yang wajar. Demikian pula anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum minuman keras, maka akan membentuk sikap dan pola sikap menyimpang.

3) Pergaulan

Pola tingkah laris seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laris belum dewasa lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi sahabat sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari sahabat bergaul itu, anak akan mendapatkan norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

Apabila sahabat bergaulnya baik, beliau akan mendapatkan konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila sahabat bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif.

Akibatnya terjadi pola tingkah laris yang menyimpang pada diri anak tersebut. Misalnya di suatu kelas ada anak yang mempunyai kebiasaan memeras temannya sendiri, lalu ada anak lain yang menirunya dengan berbuat hal yang sama. Oleh lantaran itu, menjaga pergaulan dan menentukan lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.

4) Media massa

Berbagai tayangan di televisi wacana tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas sanggup memengaruhi perkembangan sikap individu.

Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar wacana norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali mendapatkan mentah-mentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan sikap menyimpang.

Baca Juga : Pengertian dan Macam-macam Contoh Penyakit Sosial
LihatTutupKomentar